SHEINA
SAPEKEN UNDER COVER

Chapter 3


Oleh : Minhadzul Abidin

Tatapan itu mulai Aku rasakan dimana penderitaan dan segala kekecewaan dalam tatapan itu, penuh gejolak emosi, seperti tatapan dendam, wajahnya membeku dan nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya penuh keringat dan mulutnya membisu tetapi Aku yakin dia mau berkata sesuatu. hatiku semakin berharap semoga bukan dia, tetapi semakin mendekat, Aku semakin yakin dia adalah SheinAku, dia adalah ruh abadiku, dia adalah tumpuan harapanku dan cita-citAku, dia adalah surgAku, dia adalah nafasku, disampingnya tergelatak laki-laki botak biadab yang mempunyai julukan pendekar pemetik bunga, yang namanya seperti tokoh anti kekerasan di India, pahlawan yang mempunyai nama besar bukan hanya di India tetapi di dunia, tetapi kalau orang ini berbeda sekali dengan namanya 揳pa istimewanya dia?, sudah botak, tua, pengangguran, punya istri banyak?hatiku bergumam, kemana Dare yang sejak seharian bersama Sheina, sejak kapan Sheina kenal ama si BOBBI ini (Botak Biadab), 搆ok gampang sekali Sheina tunduk kepada laki-laki itu?suara hatiku mengeluh, dan apa arti perubahan dan ide-ide revolusioner kaum wanita di kepulauan yang kemarin sering dilontarkannya, beberapa pertanyaan menghantui dalam batas kesadaranku, tetapi itu tidak membuatku marah atau kecewa dengan Sheina, Aku berpikir positif saja, Aku akan selalu mencintai kamu Sheina.

?bakar saja, rajam!!?suara-suara itu semakin menjadi, ibarat lolongan serigala di film horor, mereka tidak tahu apa yang kurasakan nuansa mengharu biru dalam dekapan hatiku, air mata yang merupakan wujud titipan kenikmatan Tuhan yang diberikan kepada manusia begitu mudahnya Aku keluarkan, karena selama ini ditengah perjalanan kehidupanku yang tidak menemukan titik akhir yang selalu terurai derita dan menyulam kenisbian, air mata itu jarang Aku keluarkan, 揂nak Durhaka, bangsat, mati saja kamu?suara lengkingan yang treblenya dinaikkan kemudian bass nya diturunkan menghentakkan degup jantungku yang sejak dari tadi berirama seperti alur musik lagu rapnya eminem yang bergerak dalam irama cepat sekarang menjadi nyayian bunga seroja yang syahdu karena sura lengkingan sosok gaek didepanku yang dengan cepat, secepat tangan Peter Cech (kipper Chelsea) menghalau tendangan Criastiano Ronaldo (Manchaster United), kemudian tangan itu menampar wajah mulus itu, ditambah lagi tinju Uppercut dari laki-laki tua itu, ya kalau ditambah lagi dengan tendangan tanpa bayang Jet Lie mungkin apa jadinya?, sejenak Aku mulai beraksi, Aku tidak akan pernah rela seorang perempuan dipukuli didepan mataku, ada dua hal yang menjadi kelemahanku yang mungkin bisa menjadi keunggulanku, pertama Aku tidak mungkin rela wanita menangis didepanku dan Aku akan luluh dan merasa bersalah jika wanita menangis didepanku, kedua Aku tidak akan pernah mengecewakan atau bahkan melukai hati seorang wanita, karena wanita adalah sosok ibu yang harus kuhormati, seperti Ibu ku yang selalu penuh kasih sayang kepadAku, romantis kan Aku he.he..

Bapak tua tersebut dengan pasti mulai melayangkan tendangan tanpa bayang jet lie yang merupakan jurus pamungkasnya, yang memliki kecepatan tinggi yang kalau dilebih-lebihkan, setara dengan kecepatan suara yang sama dengan 1238 kilometer/jam, tetapi dengan kecepatan cahaya 1 c (Konstanta kecepatan cahaya) yang sama dengan 1.079.252.848,80 kilometer perjam (km/h) Aku mulai menghalau tendangan tanpa bayang itu, karena tidak berdasar rumus waktu yaitu jarak dibagi dengan kecapatan (t = s / v) , PLAKKK!!! terpaksa tendangan itu mendarat dimukaku, Aku tidak mengitung waktunya dengan tepat, sakitnya minta ampun, bintang-bintang dan bentuk yang beraneka ragam sudah ada didepan matAku, matAku mulai lelah dan tubuhku bergoyang, tetapi entah kekuatan dan dorongan apa Aku mulai mengeluarkan jurus-kuda-kuda yang sempat Aku pelajari waktu di Madrasah dulu, dan ilmu turunan dari orang tua MANCA 揹ere, Rasyad duko kokobbongan?, ada yang nyeletuk ?hei, anak muda, mengapa kamu membantu wanita hina kayak dia?, mau cari mati juga kamu, ?suara orang yang berkumis melintang bak sakera memanaskan suasana, ?maaf sebelumnya, saya tidak mau ikut campur, tetapi Negara kita adalah Negara hukum, dimana kita tidak bisa kita melAkukan tindakan main hakim sendiri, ?dengan bijak Aku mulai menjelaskannya dengan hati-hati, ?hei anak muda, ini hukum Islam dan bagian hukum adat kita, bagi siapa yang berzina harus dirajam?kata bapak yang berkumis tebal itu, ?maaf pak memang benar kewajiban kita selalu berpedoman dengan hukum islam, tetapi kita hidup di Negara yang memakai hukum positif dan hukum islam harus kita pahami secara kontekstual dan ada kaidah fiqih yang mengatakan 搕aghayyur al-ahkam bi taghayyur al-azminati wa al-amkan,?hukum berubah sesuai dengan waktu dan tempat ?dengan pengetahuan yang pas-pasan Aku dapatkan waktu diskusi tahun lalu dengan teman-teman dari FORMACI (Forum Mahasiswa Ciputat), berguna juga ya dalam hatiku , ?Jadi kamu tidak percaya dengan hukum Islam?Bapak berkumis tebal itu mulai naik pitam, 揾ei Bacok, Aku ini Bapaknya dan Aku rela anak seperti ini mati digantung malu-maluin nama orang tua, ?dengan aksen dan gaya madura, 搆amu jangan ikut campur!!!?lanjut Bapak tua tadi sembari diacungi jempol sama bapak yang berkumis lebat yang mencoba menjadi provokator , 搄angan berdebat rajam,rajam?suara itu mmbekap suasana, mengelapkan nalar yang sudah mulai kelam ingin memuntahkan lahar kemarahan mereka, kemudian datanglah aparat keamanan seperti di film yang sering datang belakangan setelah semua urusan sudah selesai, tetapi untung saja aparat keamanan ini datang tepat waktu (tumben) 搇ebih baik besok kita selesaikan masalah ini dikantor polisi dan diharapkan bubar ?begitu pak polisi menginstruksikan 搘uuu, Polisi Patek?, suara itu sayup-sayuup terdengar sembari massa membubarkan diri, ?awas kamu ya!! jangan pulang ke rumah dan kamu sudah tidak saya anggap sebagai anak lagi?begitu suara Bapak Sheina sambil berlalu dengan meludah seperti kompeni yang meninggalkan para inlander-inlander pribumi.

Malam semakin larut dan mulai senyap, lolongan suara kitab suci yang dikumandangkan di Mushalla sudah lenyap, terlelap dengan penghamba yang menanti cinta kasih dan hamparan keridhoan Allah, Suasana di depan Balai Desa semakin sunyi tinggal Aku dan Sheina dalam keadaan diam, ?oh iya, untuk sementara kamu tinggal dirumahku saja?begitu Aku menawarkan, dengan hati-hati tAkutnya Sheina tersinggung, tanpa mengeluarkan kata-kata Sheina mengangguk, setibanya di rumah karena orang tuAku adalah orang yang demokratis dan menerima Sheina dengan senang hati untuk tinggal dirumah, meskipun akan menimbulkan buah bibir ?Sheina, mandi dulu, dan istirahat disini saja, tapi banyak nyamuk lho?ibu ku dengan penuh kasih sayang seperti kepada anaknya dan mulai melupakan dosa dan kesalahan Sheina serta tanggapan masyarakat besok bahwa si pezina itu menginap di rumah. karena kamarku dipakai oleh Sheina, Aku jadi tidur diluar, tetapi malam itu Aku tidak bisa tidur, matAku cobAku penjamkan, tapi bayangan Sheina dalam rintihan dekapan Botak Biadab itu, selalu membayangiku, ditambah lagi tingkah Beib waktu di Jakarta, aksi-aksi kebrutalan teman-temannya terhadap Sheina di puncak, apa artinya semunya itu apakah ini semacam Tanur dimana tanda-tanda kepada Nabi Nuh dan umatnya untuk mempersiapkan diri untuk keluar dari negeri maksiat yang akan ditimpakan azab dari Allah, Aku mulai terhanyut dengan perasaanku, Aku mulai memejamkan mata dan semuanya gelap sehingga Aku pun membekas dalam pengembaraan mimpi diterpa perasaan yang menggelora.

Untuk menjaga kondisi dan demi kebaikan semua, Sheina Aku ungsikan kerumah Pamanku yang berada di Pagerungan Besar, salah satu Desa di Kecamatan Sapeken yang merupakan Desa yang sangat maju karena sebagai ladang eksplorasi gas bumi, Aku tidak tahu berapa keuntungan Perusahaan yang mengelola Gas bumi yang sudah beberapa tahun mengeksploitasi gas bumi itu, dan berapa dana untuk pemberdayaan masyarakat (community development) di kecamatan sapeken, tepat jam 3 sore kami tiba dirumah pamanku, dari perjalananku dari jembatan ke rumah pamanku, hal yang lumrah begitu banyak decapan kekaguman dari para lelaki setelah melihat Sheina, ?Sheina besok Aku pulang ke Sapeken, karena besok lusa lebaran, kamu betah kan disini??malam yang indah diterpa sinar bulan purnama kami mengobrol di bobollo , kemudian Sheina memelukku dengan erat sambil mengerang, mungkin kegelisahan dan ketakutan yang kemarin dia pendam mulai ia tumpahkan, ?maafkan Aku Amril, mafkan Aku?Sheina terus saja mengulang kata-kata itu, dan pelukannya semakin erat dan menambah ketegangan dalam tubuhku, semakin erat pelukannya semakin memaksimal ketegangan yang mendera sebagian tubuhku, Aku mulai basah, maksudku bajuku yang basah karena air mata Sheina, dan lama kelamaan Sheina mulai melepaskan dekapannya, dan mulai berhenti menangis, sambil berkata 揂ku betah koq?dan kemudian Sheina berlalu dihadapanku dan Aku masih menikmati dekapan itu dan terhanyut pada perasaan Sheina sekarang, Aku yakin dia butuh orang yang mengerti dan memahami perasaannya.

Sudah lima hari Aku meninggalkan Sheina di pagerungan besar, terasa ada yang hilang dalam diriku, menghentakkan kerinduan, merindu kala alam sunyi menyapa pangeran, sekejab nian sekilas musnah tanpa abu, asap dan sepengetahuan , layak jelangkung dalam lakon kaca ajaib, mengapa hantu-hantu kerinduan itu selalu bergentanyangan dalam pengembaraanku, oh nirwana agung penguasa angkara murka dan kedigjayaan, mungkinkah apa yang Aku alami ini akan disambut dengan ketulusan senyumannya, maaf dari surga untukmu, suara HP ku berbunyi, pamanku telepon suranya tampak tergesa-gesa, ?Ril paitu ko dali, ore Sheina dirilit takarapat ye beke lelle ma lokasi?, inna lillah serasa bumi ini berhenti berputar karena mau di potret Tuhan memakai kamera raksasa yang diambil dari langit, begitulah perasaanku, sejenak Aku tersungkur menghayati pembicaraan pamanku dan Aku tidak mendengar lagi kata-kata pamanku, HP pun Aku matikan, cobaan apa lagi ini, tanpa sepatah kata, Aku mulai mengambil tas dan bersiap berangkat ke Pagerungan Besar mencoba menjadi pahlawan yang kesekian kalinya bagi Sheina.

Sheina kembali lagi ke rumahku, Aku menjemputnya dan mencoba menenangkan massa yang ingin mengeroyok untung ada bantuan pamanku dan sedikit lobby kepada Kepala Desa Pagerungan Besar, Aku jadi bisa membawa Sheina, selama perjalanan Aku melakukan aksi mogok bicara, mungkin sebagai punishment bagi Sheina,supaya Sheina bisa belajar atas kesalahannya, selama tiga hari Aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku dan merasa bersalah terhadap aksi diam ini, ?Ril mau nonton orkes tidak dikampung bukut ada orkes lho??Aku diam saja meskipun dalam hatiku Aku mengiyakan, ya udah 揗bak desy ngajak Aku?sambil berlalu dihadapanku, Aku tekejut ketika dia menyebut mbak desy, ya.. mbak desy sosok yang paling Kontroversial se-kecamatan sapeken, kalo ada istilah ?pongkat ellene, endenedu pongkat?benar mbak Desy lah ahlinya, memiliki tinggi tubuh 172 cm, proporsional dengan berat badan dan tubuhnya, yang memang tidak menjadi rahasia umum lagi dan suami mbak desy adalah nelayan bernama Madun, beauty n the beast begitulah mbak desy dan madun digambarkan, dan beberapa kali orang mengadu kepadanya tentang ulah mbak desy ini kalau dia melaut, suaminya pasti mengelak, dan berkata ?Aku selalu percaya?begitulah Madun berucap bak slogan Barack Obama change we can believe in, tetapi mbak desy adalah sosok yang loyal kepada pejabat dan polisi, maksudnya loyal dalam memanjakan nafsu polisi dan pejabat tersebut, Aku jadi terkejut ketika Mbak Desy mengajak Sheina, Aku harus melihat dan mengawasi mereka, mungkinkah ada kejahatan terencana.

Ditempat Orkes dangdut ini kayaknya strategis, maksudnya strategis untuk orang yang dimanjakan dan dimabuk asmara, tempat yang gelap Cuma debu yang menyesakkan hidung, Aku yakin kok orang sapeken dari dulunya adalah ahli-ahli ibadah sangat menjunjung tinggi Syariat Islam seperti yang diungkapkan oleh Baginda Ustadz yang sangat dihormati di Sapeken, upz.. astaghfirullah mataku terbelalak melihat aksi dua sosok yang lagi dimabuk asmara yang biasanya dilakukan Angelina Jolie dan Brad Pitt dalam film Mr and Mrs Smith, lama Aku melihatnya dan sedikit menikmatinya, tetapi Aku cepat mengontrol diriku dan mulai mencari-cari Sheina ditengah kerumunan orang, ?hei Ril sedang apa tumben nonton orkes biasanya anak rumahan?suara itu mengagetkanku ?oh iya lihat Sheina tidak? ?Aku mecoba bertanya dengan serius ?oh iya mungkin dikarang kongo Aku, lihat dia bareng Mbak Desy?hatiku berdegup kencang Aku takut beberapa kejadian terulang lagi ?ayo kita susul, takut terjadi macam-macam?dengan nada memaksa dan sedikit khawatir, dan kemudian kami meluncur melintasi pantai disepanjang karang kongo memang tempatnya gelap, dan disinilah adegan-adegan yang biasa Aku lihat di website,naughtyamerica,milf, xxx, pornhub, dimainkan, mulai diatas kapal karam dekat pantai, kemudian dipasir putih, di pohon bakau, di pohon kelapa, diatas sepeda motor, ditengah bau amis kotoran manusia yang menusuk hidung. Sungguh adegan yang luar biasa, apakah Sheina ada di tempat ini, sekelebat dalam kegelapan Aku melihat perempuan lagi terenyuh diatas seorang laki-laki dengan manjanya, mungkin Sheina, lama kami melihat dan mencoba memperhatikan adegan mereka lewat cahaya bulan purnama, astaghfirullah?itukan Amel, tetanggaku yang nyantri disebuah pesantren, 揳pa kata dunia?gumamku dalam hati. Pantai indah karang kongo yang dinikmati keindahannya di siang hari, ternyata dimalam hari adalah tempat lokalisasi, Serusak inikah wajah sapekenku dimalam hari,dimana sajadah, tasbih, mukena, sarung yang mereka kenakan di siang hari, mungkin Sheina adalah potret terungkap degradasi moral di kecamatan Sapeken, Aku yakin Sheina-Sheina yang lain akan selalu bermunculan ditengah perkembangan arus globalisasi dan akses informasi yang menjerat budaya dan moral kita dalam paham kebebasan, mungkin tugas kita menyibak potret-potret yang terselubung itu menjadi nyata dan ditampilkan kemasyarakat bahwa ini benar ada dan secepatnya seluruh pemuka agama dan para pendidik mulai memberikan solusi bukan ancaman dan punishment kosong (fatwa) yang membelenggu nalar dan memberikan ketakukutan, pendekatan emosional dan sex education adalah jawabnya dengan tetap berlandaskan Syariat Islam, Aku mulai hanyut dengan perasaanku, Aku tidak lagi sedih dan khawatir karena Sheina, tetapi kepada seluruh perempuan di dunia ini, terutama di kepulauan tercintaku ini? Aku pun menangis sejadi-jadinya sampai air mataku habis seraya habisnya nikmat Tuhan yang Aku sembah. Tuhan Aku mohon tundalah azabmu.

Surabaya, 4 November 2008

Tidak ada komentar: